The Power of Repetition in Learning:
Building Mastery Through Consistent Practice
Kuasa Repetisi dalam Pembelajaran: Membangun Penguasaan Melalui Latihan
Konsisten
In learning, there is an undeniable truth: mastery comes through repetition. As illustrated by the famous words of Abu Ishaq Asy-Syirazi, “...and I used to repeat every lesson a thousand times...” (وَكُنْتُ أُعِيدُ كُلَّ دَرْسٍ أَلْفَ مَرَّةٍ), the commitment to revisiting knowledge over and over again until it is fully understood is essential. This profound statement reflects the deep-rooted importance of repetition in the journey of acquiring and mastering knowledge. (Dalam pembelajaran, ada kebenaran yang tak terbantahkan: penguasaan tercapai melalui repetisi. Seperti yang diilustrasikan oleh kata-kata terkenal dari Abu Ishaq Asy-Syirazi, "...dan saya biasa mengulangi setiap pelajaran seribu kali..." komitmen untuk mengulangi pengetahuan berulang kali hingga benar-benar dipahami adalah esensial. Pernyataan mendalam ini mencerminkan pentingnya repetisi dalam perjalanan memperoleh dan menguasai pengetahuan).
Understanding Repetition as a Learning
Strategy
Memahami Repetisi Sebagai Strategi Pembelajaran
In the realm of
education, especially language learning, repetition is more than just rote memorization.
It is a cognitive process that helps transfer information from short-term
memory into long-term memory. Research has shown that our brains require
repeated exposure to new information to effectively encode it. Without this
consistent reinforcement, learners are more likely to forget or struggle with
retention. (Dalam ranah pendidikan, terutama pembelajaran bahasa, repetisi
lebih dari sekadar hafalan. Ini adalah proses kognitif yang membantu
mentransfer informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Penelitian menunjukkan bahwa otak kita memerlukan paparan berulang terhadap
informasi baru agar dapat mengodekannya secara efektif. Tanpa penguatan yang
konsisten, pelajar lebih mungkin lupa atau kesulitan dalam mengingat).
A well-established
theory that supports this idea is Ebbinghaus’ “Forgetting Curve,” which
demonstrates how quickly we forget newly learned information without
reinforcement. Ebbinghaus discovered that repeated reviews of material at strategically
spaced intervals can drastically improve retention. This underlines the
necessity of repetition not only immediately after learning but at multiple
intervals over time. (Teori yang mapan yang mendukung ide ini adalah
"Kurva Lupa" Ebbinghaus, yang menunjukkan betapa cepatnya kita
melupakan informasi yang baru dipelajari tanpa penguatan. Ebbinghaus menemukan
bahwa ulasan berulang pada interval yang ditata secara strategis dapat sangat
meningkatkan retensi. Ini menekankan pentingnya repetisi tidak hanya segera
setelah belajar tetapi juga pada beberapa interval dari waktu ke waktu).
Repetition in Hero English Program and
Akademi Harapan
Repetisi dalam Program Hero English dan Akademi Harapan
At Akademi Harapan, we emphasize the importance of repetition within our educational framework, particularly in the Hero English Program. Understanding that fluency in English is achieved through regular practice, we have integrated strategies that ensure students consistently revisit key language skills. Repetition allows learners to internalize concepts like grammar, pronunciation, and vocabulary, making them second nature. Di Akademi Harapan, kami menekankan pentingnya repetisi dalam kerangka pendidikan kami, khususnya dalam Program Hero English. Dengan memahami bahwa kefasihan dalam bahasa Inggris dicapai melalui latihan rutin, kami telah mengintegrasikan strategi yang memastikan siswa terus-menerus mengulang keterampilan bahasa utama. Repetisi memungkinkan pembelajar untuk menginternalisasi konsep seperti tata bahasa, pelafalan, dan kosakata, menjadikannya naluri alami.
The Science of Repetition: Connecting to
Cognitive Theories
Ilmu Repetisi: Menghubungkan dengan Teori Kognitif
Research in cognitive
psychology provides clear insights into how repetition works in building strong
neural connections in the brain. According to Anderson’s ACT Theory (Adaptive
Control of Thought), repetition plays a crucial role in
"proceduralization"—the process where knowledge becomes automatic and
does not require conscious thought. (Penelitian dalam psikologi kognitif
memberikan wawasan yang jelas tentang bagaimana repetisi bekerja dalam
membangun koneksi saraf yang kuat di otak. Menurut Teori ACT Anderson (Adaptive
Control of Thought), repetisi memainkan peran penting dalam
"proseduralisasi"—proses di mana pengetahuan menjadi otomatis dan
tidak memerlukan pemikiran sadar).
Moreover, spaced
repetition, a technique where review sessions are spaced out over time, has
been proven highly effective in retention. This method, incorporated into
learning strategies at Akademi Harapan, ensures that students do not merely
memorize information temporarily but retain it for long-term use. (Selain
itu, repetisi terjadwal, teknik di mana sesi review dilakukan secara bertahap
dalam rentang waktu, telah terbukti sangat efektif dalam retensi. Metode ini,
yang diintegrasikan ke dalam strategi pembelajaran di Akademi Harapan,
memastikan bahwa siswa tidak hanya menghafal informasi sementara tetapi
mempertahankannya untuk penggunaan jangka panjang).
Practical
Applications of Repetition in Learning English
Aplikasi Praktis Repetisi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
In language acquisition, one of the most effective
ways to incorporate repetition is through activities such as reading aloud,
practicing conversations, and engaging in writing exercises. At Akademi
Harapan, our students practice speaking and pronunciation through repeated
drills, dialogue practice, and listening exercises. Repetition reinforces the
correct structure of sentences, improves pronunciation accuracy, and enhances
vocabulary recall. (Dalam akuisisi bahasa, salah satu cara paling efektif
untuk mengintegrasikan repetisi adalah melalui aktivitas seperti membaca dengan
suara keras, latihan percakapan, dan terlibat dalam latihan menulis. Di Akademi
Harapan, siswa kami berlatih berbicara dan pelafalan melalui latihan berulang,
praktik dialog, dan latihan mendengarkan. Repetisi memperkuat struktur kalimat
yang benar, meningkatkan akurasi pelafalan, dan memperkuat ingatan kosakata).
For example, when learning new vocabulary, students
are encouraged to use the new words in various contexts—writing, speaking, and
listening—over several sessions. This helps cement the meaning and usage of the
words in the students’ memory, reducing the chance of forgetting. The more they
use a word or a phrase, the more naturally it comes to them in real-life
situations. (Sebagai contoh, ketika belajar kosakata baru, siswa didorong
untuk menggunakan kata-kata baru tersebut dalam berbagai konteks—menulis,
berbicara, dan mendengarkan—dalam beberapa sesi. Ini membantu mengokohkan makna
dan penggunaan kata-kata tersebut dalam memori siswa, mengurangi kemungkinan
untuk melupakan. Semakin sering mereka menggunakan kata atau frasa, semakin
alami kata-kata itu muncul dalam situasi nyata).
In addition to this, our teachers guide students in using spaced repetition techniques, revisiting topics after a few days or weeks to reinforce their understanding. This method ensures that the information is not only learned but deeply ingrained in the student’s cognitive structure. (Selain itu, guru-guru kami membimbing siswa menggunakan teknik repetisi terjadwal, mengulas topik-topik setelah beberapa hari atau minggu untuk memperkuat pemahaman mereka. Metode ini memastikan bahwa informasi tidak hanya dipelajari, tetapi juga tertanam dengan kuat dalam struktur kognitif siswa).
Repetition
for Long-Term Success
Repetisi untuk Kesuksesan Jangka Panjang
The value of repetition extends beyond mere
academic success. By reinforcing core skills, learners build confidence and
competence that can be applied in real-world situations. This is particularly
important in language learning, where fluency and the ability to communicate
effectively are developed over time with persistent practice. (Nilai dari
repetisi melampaui kesuksesan akademis semata. Dengan memperkuat keterampilan
inti, pelajar membangun kepercayaan diri dan kompetensi yang dapat diterapkan
dalam situasi dunia nyata. Ini sangat penting dalam pembelajaran bahasa, di
mana kefasihan dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif berkembang
seiring waktu dengan latihan yang terus menerus).
In programs like Hero English, repetition is used
to create a solid foundation. Students repeat pronunciation drills to enhance
clarity in speaking, or they go over grammatical structures until the correct
usage becomes second nature. These repetitive practices ultimately lead to
greater fluency, ensuring that students not only learn but master the language.
(Dalam program seperti Hero English, repetisi digunakan untuk menciptakan
fondasi yang kuat. Siswa mengulang latihan pelafalan untuk meningkatkan
kejelasan dalam berbicara, atau mereka mempelajari kembali struktur tata bahasa
hingga penggunaan yang benar menjadi naluri alami. Praktik-praktik repetitif
ini pada akhirnya mengarah pada kefasihan yang lebih besar, memastikan bahwa
siswa tidak hanya belajar, tetapi menguasai bahasa tersebut).
In conclusion, repetition is not just a method but
a key pillar in effective learning, particularly in language acquisition. At
Akademi Harapan, we strongly advocate for the consistent and strategic use of
repetition to ensure that our learners achieve mastery and are prepared to
apply their knowledge in meaningful ways. (Sebagai kesimpulan, repetisi
bukan hanya metode tetapi pilar utama dalam pembelajaran yang efektif, terutama
dalam akuisisi bahasa. Di Akademi Harapan, kami sangat mendukung penggunaan
repetisi secara konsisten dan strategis untuk memastikan bahwa para pelajar
kami mencapai penguasaan dan siap menerapkan pengetahuan mereka dengan cara
yang bermakna).
0 Komentar